ada beberapa mimpi yang saya ingat,
biasanya mimpi itu either sangat menyeramkan, atau justru malah cemennya minta ampun. Cemen dalam arti kata tidak punya alur cerita yang kuat (halah, emangnya pelem). Oke mungkin bukan tidak kuat, tapi tidak konsisten, ngawur, seenaknya. Masa lagi jalan-jalan sama indri (misalnya) pas berapa meter tau-tau saya lagi jalan ama tono? Atau lagi berada di dalam rumah pas masuk pintu kamar muncul-muncul di hutan belantara? lu kira gue Alice in The Wonderland? huahaha. Stres juga nih penulis naskahnya. Emangnya penulis naskah mimpi itu siapa? bukannya pikiran dan alam bawah sadar kita sendiri? “Berarti elu yang stress jap! sakit! gak konsisten! ngawur! seenaknya!” hahaha… cukup, cukup… itu kan alam bawah sadar, bukan saya yang sebenarnya *ngeles kaya bajaj*

sekarang saya mau nulis dua mimpi yang masih saya inget ceritanya, yang satu masih inget karena emang nyeremin dan nyata banget tuh mimpi. yang kedua masih inget karena asli aneh banget dan baru aja tayang tadi siang.


mimpi 1 : orang asing merangsek kamar

mimpi ini menyeramkan karena setting tempat dan setting waktu mimpi persis sama dengan tempat dan waktu saya tidur, yaitu di kamar kostan lama saya (double six) di waktu masih gelap menjelang shubuh.
saya yang sedang tidur tiba-tiba terbangun karena seseorang mendobrak pintu kamar saya yang gelap karena lampu saya matikan. Sekian detik saya langsung bangun dan langsung menahan pintu yang didobrak (waktu sekian detik amat mustahil untuk menahan pintu yang langsung didobrak, kecuali saya sudah tahu bahwa ada orang hendak merangsek masuk dan telah bersiap untuk mendobrak, tampaknya memang begitu hanya saja saya agaks edikit lupa). Karena orang asing itu sudah berhasil mendorong pintu yang seketika saya dorong ke arah sebaliknya, dan hebatnya tenaga saya lebih kuat darinya (hehehe, bisa narsis juga nih mimpi, kenapa harus doi yang kalah tenaganya? masa iya maling kaga kuat lawan orang kerempeng begini? yang jelas ia tetap memaksa masuk, atau jangan2 ia wanita? jeng jeng…) *nyengir kuda*. Karena ia kalah dorongan oleh saya, dan pintu hampir saja tertutup, ia berusaha menahan pintu dengan kakinya, saya masih ingat walaupun dalam kegelapan, ia nyeker dengan, ukuran kakinya tidak terlalu besar, tulang-tulangnya terlihat keras terbungkus kulit, jelas itu pasti bukan kaki wanita *sigh*. Mungkin karena takut digencet dan remuk tulang2 nya, akhirnya ia menarik kakinya, dan saya berhasil menutup lalu mengunci kamar. Di dalam kamar saya ketakutan, bahkan saya tidak sadar dan tahu kalau saat itu sedang bermimpi, saya malah tidur dan menutup kepala dengan selimut (ini ketakutan apa emang ngantuk? dasar kebo!), saya juga ingat saat itu saya mengkhawatirkan teman saya di rumah utama diatas. Oh ya, saya perlu jelaskan bahwa di kost saya yang lama, saya tinggal di paviliun depan, jadi begitu keluar kamar, langsung taman dan tangga di luar rumah yang menuju rumah utama. (lebih horor lagi kan kalo settingnya kaya begitu?). Jadi si orang asing berada di bordes tangga pada saat mendorong pintu kamar saya, dan saya khawatir ia akan masuk kedalam rumah utama, dan kami memang tak pernah mengunci pintu rumah utama, dan disana ada Ika kawan serumah saya, dan ia wanita. waduh! bagaimana ini? namun mimpi itu berhenti menggantung hanya sampai disitu.

pagi harinya perasaan saya tidak enak, namun tidak ingat bahwa saya telah bermimpi. rasanya ada sesuatu yang bikin hati saya tidak tenang, ketakutan, deg-degan, dan menggebu-gebu (beuh, kayanya yang terakhir nggak deh, ganggu banget “menggebu-gebunya”). saya bertanya-tanya dan curiga, “ada apakah gerangan?” (jah, lebay sangat). baru beberapa saat kemudian saya ingat kejadian si kaki bertulang besar yang merangsek masuk kamar, saya lihat pintu yang didibraknya itu, baik-baik saja. bulu tengkuk saya seketika berdiri, mimpi yang menakutkan, “atau jangan-jangan itu bukan mimpi?”
“makanya kalo mau tidur baca doa dulu, Jap” ucap seorang kawan di kantor saat cerita padanya. Persis ucapan ibu kos baru saya ketika saya terkunci di kamar mandi kemarin “makanya kalo masuk wc baca baca dulu”. Jah…

mimpi 2 : hamil

saya hamil. iya serius, saya hamil. tadi siang di dalam mimpi. bukan saya bukan menjadi seorang wanita tuna susila yang kebobolan, tapi saya menjadi seseorang yang dititipkan janin seorang kawan kantor yang hamil, alasannya apa saya kurang tahu. ceritanya tidak serumit itu, jadi jangan tanya pada saya ngidam apa waktu hamil. ya, karena ceritanya tidak sepanjang itu.

yang saya ingat ceritanya langsung di menit-menit saat saya harus operasi caesar. tidak jelas di rumah sakit mana yang jelas bukan rumah sakit pondok indah, siloam gleneagles, atau rumah sakit2 mahal lainnya, soalnya bangunannya jelek, kaya SD Inpres. Beberapa menit lagi saya harus operasi, dan saya baru sadar kalo hamil itu harus dioperasi, bagaimana mungkin? disuntik jarum saja saya takutnya bukan main. bagaimana ini? melahirkan normal? yang bener aja, mau dikeluarin lewat mana? duh! sejenak saya sempat merasa sesal kenapa saya dulu tawarkan perut ini untuk dihamili (lho? pernyataan macam apa itu? seketika rasanya jijay mendengar kata “dihamili”, saya dihamili? tidaaak!). Kalo dari dulu saya tau bakalan dioperasi dan dirobek perut untuk ngeluarin si bayi, saya pasti mikir dua kali, tidak, empat kali, hmmm kurang, tujuh kali!

tolong jangan bayangkan bagaimana bentuk badan saya kala hamil, karena di mimpi itu pun tidak digambarkan bagaimana saya yang hamil. fokus ceritanya hanya saya hamil dan saya stres, bukan saya yang buncit. terima kasih.

“Sus, kira-kira masa pemulihannya berapa lama ya setelah operasi?”
saya bertanya demikian antara berharap si suster jadi iba dan membatalkan operasi ini (yang jelas-jelas tidak mungkin) dan harapan lain jawaban bahwa masa pemulihan tidak ada sama sekali, jadi saya bisa langsung pulang setelah operasi. Tapi sayang, ternyata tidak bisa, si suster menjawa butuh beberapa hari untuk rawat inap. Jah! bagaimana ini, saya besok kan harus kerja. duh duh duh…
Pada saat perjalanan menuju ruang operasi saya kembali berkata pada suster
“Sus, saya baru pertama kalinya di rawat di rumah sakit, begitu juga dioperasi, baru pertama kali juga”
Pertanyaan ini mengharapkan simpati pada si suster, dari seorang yang takut sama tusukan jarum, namun kali ini harus dibelek perutnya sepanjang kurang lebih 20 cm (maafkan, saya ngasal dalam ukuran panjangnya, sebenarnya berapa ya?). Tapi si suster cuek tidak menjawab, jutek amat!

*di dalam ruang operasi*
Yang saya ingat tidak ada siapa-siapa selain saya dokter dan suster, ya iyalah mau ditemenin siapa lagi. Biasanya kan paling ditemenin suami, lah kalo ini? mo ditemenin suami siapa? hahaha. Sempet mikir juga nih, kalo operasi artinya harus buka celana apa nggak, kalo ngelahirin normal kan harus, kalo operasi caesar masih boleh dong pake celana? kan cuma perutnya doang yang dibelek? hahaha. asli penting banget, penting lah menyangkut harga diri tuh, kyahahaha…

“Dok, boleh saya minta waktu sebentar”
“Boleh” Jawabnya.
Saya pun keluar, bukan, bukan melarikan diri. hanya saja saya butuh untuk menulis kejadian ini di plurk. saya ingin menulis : japsGan [akan] melakukan operasi caesar sekarang. Bagaimana tidak, ini adalah sejarah dalam hidup saya, dan saya butuh mengupdatenya sebelum itu terjadi, dan itu penting, kalau saya gugur ketika melahirkan kan gak sempet lagi menuliskannya sendiri. Kecuali kalo si dokter mengizinkan saya mobile plurking waktu operasi, sinting! dimana-mana operasi caesar itu bius total dodol! masa iya lu mau liat dokter beraksi dengan pisau bedah dengan mata sendiri. makasiiiih.
namun apa yang terjadi kawan? sulit sekali untuk menuliskan satu kalimat itu. entah saya yang terlalu gugup atau bukan, tapi yang saya ingat keyboard tempat saya menulis huruf-huruf di tutsnya tidak jelas seperti tertutup sesuatu, dan jangan tanya kenapa ada komputer di ruangan sebelah ruang operasi, posisi komputernya di lantai lagi, jadi saya nulisnya tengkurep. penulis naskahnya stress beneran emang. hehehe.

saya lalu meninggalkan komputer tersebut dengan geram karena tidak berhasil menuliskan apapun pada dunia. begitu keluar ruangan, tampak dokter sedang beranjak pergi (nampaknya dia bosan menunggu saya kelamaan). saya bilang :
“saya sudah siap, Dok”
“oke” katanya.

dan mimpi yang inipun lagi-lagi berakhir menggantung… *heran sama penulis naskah yang gak pernah nyelesein tugasnya*
terima kasih Tuhan semua itu hanya mimpi…

salam

 

japs sang pemimpi (aneh)