Selepas Shalat Ashar di Salman saya memutuskan tidak langsung naik ke kantor, tetapi malah turun ke arah Taman Ganesha (dahulu bernama Ijzerman Park). Menuruni kaki-kaki tangganya, saya berencana menikmati hidupnya suasana taman sore itu. Ibu penjual cireng (aci goreng) isi sudah tidak ada lagi ditempatnya, meninggalkan Ibu penjual donat yang senantiasa menjadi teman ngobrolnya sehari-hari. Sayapun melewatinya dengan gontai, pun jika masih ada cireng yang masih dijual, saya tak akan membelinya, karena saya sedang tidak enak badan hari ini karena mual dan sedikit sakit perut. Sesampai di taman seketika terdengar kicau-kicau burung. Tidak terlewatkan oleh saya burung merpati yang turun ke tanah, nampak sedang mencari-cari makan, entah cacing atau apa. Saya ikuti dianya kabur, tapi terus turun lagi ke tanah, ahh dia menggoda saya (geer mode on, heu)

Kini perhatian saya tertuju pada vegetasi taman tersebut. Sebagai salah satu kota taman yang dirancang Thomas Karsten, Kota Bandung memiliki banyak sekali taman-taman tropis seperti Taman Ganesha ini, seperti: Taman Maluku (Molukken Park), Taman Cibeunying, Taman Pramuka, dll. Salah satu pohon yang mendominasi taman-taman tersebut adalah Filicium decipiens (Fern tree, Sapindaceae) atau yang lebih dikenal dengan Kirai Payung. Juga di taman ini, pohon tersebut berjaya menaungi taman bersumbu sama dengan Institut Teknologi Bandung, Gunung Tangkuban Perahu.

Filicium decipiens

Tepat di tengah taman, terdapat beberapa tanaman perdu bertuliskan Kaca Piring (Gardenia Augusta, Rubiceae), Gardenia jasminoides (nama binomialnya) pada papan namanya, bentuk tanamannya seperti tanaman melati, berbunga seperti mawar, hanya saja warnanya putih. Ah, saya semakin tertarik mencari-cari papan nama pohon lainnya, namun tidak menemukan lagi selain papan bertuliskan “Palem Kuning” dibawah pohon palem yang kurus dan kering, dan memang berwarna kuning pada lehernya. Nama Latinnya sudah tertutup karat.

Suasana taman sangat hidup sore itu, saya lihat beberapa pasangan bercengkerama dibangku taman, beberapa orang sendirian tampak sedang menunggu seseorang, beberapa lagi berkelompok seperti sedang berlajar atau berdiskusi, dan tepat didekat saya dua orang pemuda sedang bermain gitar diatas bangku taman, tampaknya mereka sedang berlatih sebuah lagu. Saya tertarik pada sebuah papan besar bergambarkan burung-burung yang terdapat di taman tersebut, beserta nama-namanya, makanannya dan dimana mereka biasa berada di taman itu. Namun seketika saya tertarik pada dentingan gitar yang dimainkan dua orang pemuda tadi. Sambil melihat papan informasi itu, saya terus mendengarkan lagu yang dimainkan. Saya seperti mengenali lagunya, “ah… Depapepe kayanya”, “iya… betul Depapepe” kata saya girang dalam hati. dan saya terus berusaha mengenali lagunya dari balik papan informasi yang memisahkan saya dengannya. Seperti diberikan hiburan yang betul-betul saya sukai tanpa saya minta. Dua orang itu memainkan lagu Canon in D versi Depapepe. “What a stunning and surprising coincidence“. (halah lebay… ) But, im serious, i was surprised and really wanted to tell anyone that i was happy with it. Couldnt hardly wait to tell mba milla in the office, but i still wanted to listen they played that song.

Kemudian saya mencari tempat duduk terdekat yang dapat mendengar sekaligus melihat permainan mereka. permainannya keren, yah walaupun masih latihan, jadi sering stop tiba-tiba. tapi tetep aja keren, Depapepe gitu, heu. Posisi duduk dimulai dengan posisi normal kaki menjuntai, hingga makin tak sadar diri, bersila sambil bertopang dagu menikmati Filicium decipiens yang banyak itu. “Ahhh, indahnya bandung sore ini”.

“Maaf Mas, Mas kuliah di ITB?”

”Iya, kata saya?”

”Biasanya kalau kuliah di ITB paling sore sampai jam berapa ya Mas?”

”Paling sore biasanya jam 5, Mba?”

Nampaknya mba-mba yang duduk di bangku sebelah saya sedang menunggu seseorang

“Biasanya sedang praktik ya Mas Kalo sampai sore begini? Soalnya saya telpon gak diangkat.”

“Oh, tergantung jurusannya itu Mba, mungkin juga sedang ada kuliah jadi tidak bisa angkat telpon”

“Oh, segitunya ya?”

Dan percakapan pun berlanjut dengan santai, antara dua orang asing yang sedang duduk sendiri di sebuah taman, diiringi lagu Canon in D versi Depapepe. Ditemani burung-burung Merpati, Jalak Kerbau, Gereja, dan lainnya. Dipayungi sang Kirai Payung si Filicium decipiens, dan pohon lainnya. Ditunggui oleh kantor yang memanggil-manggil sang peminggat ini untuk kembali bekerja… “Mba, saya balik ke kantor lagi ya” “Oh iya, terima kasih ya Mas”. Sayapun kembali melangkah gontai dengan semangat baru menuju kantor.

”Aahh, Indahnya Bandung Sore Ini”