wastukencana1


Meringkuk sendiri di pinggir jalan, bersandar pada parapet jembatan.
Di Jalan Wastukencana, diatas Sungai Cikapundung.

Mencoba membuang segala pikir yang mengganggu.
Mencoba merasakan angin dingin melapis melilit kulit.
Mencoba membiarkan kelebatan cahaya terus lewat,
melewati saya yang mengemper damai di trotoar jalan.

Tapak2 kaki sesekali lewat melangkahi, begitu tinggi…
Tak saya ambil pikir apa yang mereka pikir,
tentang seorang meringkuk dengan telepon genggamnya,
yang alunkan “lilin-lilin kecil” lewat earphone lalu masuk ke telinganya.
“Orang yang aneh” mungkin saja pikir mereka.

“Hei!!! Saya tidak aneh. Hanya saja saya pikir semua orang di dunia ini memang aneh, kecuali saya tentunya”

(ini mengikuti perkataan seorang teman di kantor tentang arti “gila”)

Dan bersandar bersama irama & lirik melodius itu menjadi begitu nyaman… Sejenak terlupa semua pikiran usil yang terus mengacau. Surga buku-buku yang saya datangi tadi tak cukup dapat mengalihkan pikir, begitu juga dua buku yang saya beli. Justru di jembatan ini saya menjadi begitu asyik dengan diri sendiri… Bermain dengan kamera dan musik di telepon genggam, mengambil gambar kelebatan cahaya-cahaya lewat itu… membiarkan setiap langkah yang lewat berlalu dengan cemas membatin “Orang stres apa ya?”.

Silakan, panggil saya aneh, stres, atau kurang kerjaan, karena sempat-sempatnya mengambil gambar ini jam 9 malam, sendirian:

di trotoar

Di Trotoar Jalan
Wastukencana

salam

-japs-

seru lho… mau ikut (aneh) ?